15.4.09

IKHLAS

Al-Imam Abu Hamid al-Ghazali berkata di dlm Muqaddimah kitab An-Niyyah Wal-Ikhlas Qash-Shidq, yg memakan seperempat bahagian dr kitab Al-Ihya' :"Dgn hujjah iman yg nyata dan cahaya al-Quran, mereka yg mempunyai hati mengetahui bahawa kebahagiaan tdk akan tercapai kecuali dgn ilmu dan ibadah. Semua org pasti akan binasa kecuali orang-orang yg berilmu. Mereka yg berilmu pasti akan binasa kecuali orang-orang yg aktif beramal. Semua org yg aktif beramal akan binasa kecuali mereka yg ikhlas."Jadi sebutan mereka yg ikhlas amat lah tinggi. Amal tanpa niat adalah kejahilan, niat tanpa ikhlas adalah riya', yg berarti sama dgn kemunafikan dan tdk berbeda dgn kedurhakaan. Ikhlas tanpa perlaksanaan dalam perbuatan adalah sia-sia.Allah tlh berfirman ttg setiap amal yg dimaksudkan utk selain Allah, sbg suatu yg tdk bermanfaat. Di dlm al-Quran Allah tlh berfirman yg bermaksud :"Dan Kami hadapi segala amal yg mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yg berterbangan.." (al-Furqan: 23)

Perkara yg serupa dgn apa yg dikatakan oleh al-Imam al-Ghazali itu sblmnya juga tlh dikatakan oleh seorang Rabbani yg arif bernama Sahl bin Abdullah at-Tustary, "Dunia ini adalah kebodohan dan kematian kecuali yg berkaitan dengan ilmu. Semua ilmu merupakan hujjah ke atas pemiliknya kecuali yg diamalkannnya. Semua amal akan sia-sia kecuali yg dilaksanakan dgn ikhlas. Ikhlas itu dlm bahaya yg besar sehingga sebuah amal tetap berakhir dgnnya (ikhlas)."Sebagian yg lain juga berkata, "Ilmu itu laksana benih, amal laksana tanaman dan airnya adalah ikhlas."Ibn 'Atha'illah berkata dlm kitab Al-Hikam, "Sesungguhnya Allah tdk menyukai amal yg mendua (tidak fokus), dan tdk pula hati yg mendua. Amal yg mendua tidak akan sempurna dan hati yg mendua juga tdk akan diterima."Amal yg tdk disertai ikhlas adalah ibarat gambar yg mati, dan raga tanpa jiwa. Allah hanya menginginkan hakikat amal, bkn rupa dan bentuknya. Maka dr itu Dia menolak setiap amal yg pelakunya tertipu dgn amalnya.Dlm hadith shahih riwayat Abu Hurairah, bahawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :"Sesungguhnya Allah tdk melihat kpd jasad dan rupa kamu, tetapi Dia melihat kpd hati kamu." Baginda memberi isyarat ke arah hati dgn jari-jari tangannya lalu berkata, "Taqwa itu letaknya di sini." Dan Baginda memberi isyarat ke arah dadanya sebanyak tiga kali." (HR Imam Muslim).

Orang yang beribadah dengan disertai keinginan-keinginan selain Allah disebut oleh Rasulullah SAW sebagai syirik kecil (bukan syirik besar). Atau dengan kata lain dinamakan riya’. Dalam hadits disebutkan, “Sesuatu yang paling aku khawatirkan dari kamu sekalian adalah perbuatan syirik kecil, kemudian beliau ditanya tentang itu, dan beliaupun menjawab : yaitu riya'. (HR. Ahmad, Thobroni dan Abi Dawud). Sedangkan syirik besar adalah murtad, mempercayai adanya kekuatan yang Maha Kuat selain Allah, menyembah selain Allah, meyakini Tuhan lain selain Allh, dsb.

Syirik Ashghor atau kecil, tidak mengeluarkan seseorang (pelakunya) dari Islam, akan tetapi mengurangi keimanan dan membahayakannya serta diancam dengan siksa yang pedih di akhirat kelak.
"Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan amal-amal mereka di dunia dengan sempurna sementara mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh sesuatu di akhirat selain neraka dan gugurlah amal-amal yang telah mereka usahakan di dunia serta sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." [QS. Hud (11): 15-16]


Riya’ artinya memperlihatkan (menampakkan) diri kepada orang lain, supaya diketahui kehebatan perbuatannya, baik melalui pembicaraan, tulisan ataupun sikap perbuatan dengan tujuan mendapat perhatian, penghargaan dan pujian manusia, bukan ikhlas karena Allah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata, "Aku pernah mendengar Rosululloh saw bersabda:"Sesungguhnya yang pertama-tama diadili pada hari kiamat kelak ialah tiga orang.
(Pertama) Orang yang mati syahid. Dia didatangkan ke pengadilan akhirat, lalu diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmat Alloh maka dia pun mengakuinya. Alloh bertanya kepadanya, 'Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?' Dia menjawab, 'Aku berperang karena Engkau hingga syahid'. Alloh menjawab, 'Engkau berdusta. Sebenarnya engkau berperang supaya orang-orang mengatakan: 'Dia adalah seorang pemberani.' Dan memang begitulah yang dikatakan orang tentang dirimu.' Kemudian Alloh memerintahkan agar orang itu diseret di atas wajahnya dan dilemparkan ke dalam neraka.
(Kedua) Seseorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta menghafal al-Qur'an. Dia didatangkan ke pengadilan akhirat, lalu diperlihatkan nikmat-nikmat Alloh kepadanya. Maka dia pun mengakuinya. Alloh bertanya, 'Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?' Dia menjawab, 'Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya karena-Mu serta aku menghafal al-Qur'an karena-Mu. Alloh berfirman, 'Engkau berdusta. Sebenarnya engkau mempelajari ilmu agar orang-orang mengatakan: 'dia adalah orang yang berilmu' dan engkau menghafal al-Qur'an agar orang-orang mengatakan: 'Dia adalah seorang qari' (penghafal al-Qur'an)'. Dan memang begitulah yang dikatakan orang tentang dirimu.' Kemudian Alloh memerintahkan agar orang itu diseret di atas wajahnya dan dilemparkan ke dalam neraka.
(Ketiga) Orang yang diberi kelapangan rizki oleh Alloh dan berbagai macam harta. Lalu dia didatangkan ke pengadilan dan diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmat Alloh. Maka dia pun mengakuinya. Alloh bertanya, 'Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?' Dia menjawab, 'Aku tidak meninggalkan satu jalan pun yang Engkau suka agar harta dibelanjakan di jalan itu, melainkan aku belanjakan hartaku di jalan itu karena-Mu'. Alloh berfirman, 'Engkau dusta. Sebenarnya engkau melakukan hal itu agar orang-orang mengatakan: 'Dia seorang pemurah'. Dan memang begitulah yang dikatakan orang tentang dirimu.' Kemudian Alloh memerintahkan agar orang itu diseret di atas wajahnya dan dilemparkan ke dalam neraka. " (HR. Muslim, Nasa'i, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban).
Abu Hurairah RA juga pernah mendengar Rasulullah bersabda, ”Banyak orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman.” Begitu dahsyatnya penyakit riya ini, hingga ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah, ”Apakah keselamatan itu?” Jawab Rasulullah, ”Apabila kamu tidak menipu Allah.” Orang tersebut bertanya lagi, ”Bagaimana menipu Allah itu?” Rasulullah menjawab, ”Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu, maka kamu menghendaki amal itu untuk selain Allah.” Meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya oleh penyakit hati ini. Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya, baik dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya berbeda-beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia.
Tanda-tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib. Kata beliau, ”Orang yang riya itu memiliki tiga ciri, yaitu malas beramal ketika sendirian dan giat beramal ketika berada di tengah-tengah orang ramai, menambah amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi amaliyahnya ketika dirinya dicela.”
Riya’ itu bisa terjadi dalam niat, yaitu ketika mengawali pekerjaan, dia mempunyai keinginan untuk mendapat pujian, sanjungan dan penghargaan dari orang lain, bukan karena Allah. Padahal niat itu sangat menentukan nilai dari suatu pekerjaan.
Jika pekerjaan yang baik dilakukan dengan niat karena Allah maka perbuatan itu mempunyai nilai di sisi Allah. Jika dilakukan karena ingin mendapat sanjungan dan penghargaan dari orang lain, maka perbuatan itu tidak akan memperoleh pahala dari Allah. Hanya sanjungan dan itulah yang akan dia peroleh. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya.” (HR al-Bukhori-Muslim)
Riya’ bisa juga terjadi ketika melakukan pekerjaan atau setelah selesai melakukan suatu pekerjaan, misalnya ketika mengerjakan shalat memperlihatkan kesungguhan, kerajinan dan kekhusyukannya hanya jika dia berada di tengah-tengah orang atau jamaah. Padahal jika tidak ada orang maka dia sholat dengan terburu-buru dan tidak sungguh-sungguh.
“ Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, . orang-orang yang berbuat riya’ , dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS Al Maun : 4-7).
Ikhlas adalah taklif (pembebanan) dari Alloh swt, dan Alloh swt tidak akan membebani seseorang dengan sesuatu yang di luar kemampuannya. Maka kewajiban seorang muslim adalah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan keikhlasan dalam setiap amalnya. Kemudian setelah itu dia memohon ampun kepada Alloh swt jika seandainya dalam amal-amalnya itu masih tersusupi riya'.

Oleh karena itu, Rosululloh saw mengajarkan kepada umatnya untuk berlindung kepada Alloh swt dari syirik khofi (riya’). Baik yg sengaja atau pun yg tidak diketahuinya.
Dari Abu Musa al-'Asy'ari ra ia berkata bahwa Rosululloh saw bersabda, "Wahai sekalian manusia, waspadalah terhadap syirik, sesungguhnya ia lebih tersembunyi daripada rambatan seekor semut." Salah seorang sahabat berkata, 'Wahai Rosululloh, bagaimana kita bisa menghindarinya padahal ia lebih tersembunyi daripada rambatan seekor semut,?' maka Beliau saw bersabda, 'Katakanlah:
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ ))"Ya Alloh, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan Engkau sedang aku mengetahuinya, dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa yang tidak aku ketahui." (HR. Ahmad).
Semoga Allah SWT selalu menambah dan meluaskan ilmu kita serta menjadikan kita orang yang bertafaqquh fid-din, sehingga kita tidak sembarangan memvonis saudara-saudara kita mukminin dan mukminat sebagai musyrik dan kafir, Amin Ya Rabbal ‘alamin
by: Helmi Wafa

2 comments:

  1. sa, ak pengin banyak blajar drmu, boleh ga?

    ReplyDelete
  2. @ cahaya : ak jg masih blajar prend....

    ReplyDelete