12.12.09

saudariku, kapan kembali ke jalan Tuhanmu?



Wanita itu berkata, “Di kala itu aku adalah seorang gadis remaja. Aku menyukai kehidupan dan tidak suka mengingat mati!!


Aku segera meninggalkan majelis teman-teman wanitaku ketika salah seorang di antara mereka berbicara tentang kejadian yang menyedihkan atau kematian yang tiba-tiba, atau penyakit yang kronis!!


Aku selalu mengikuti perkembangan mode dengan kecintaan yang meluap-luap dan penuh kerinduan. Aku bersemangat supaya aku dapat mengejarnya dan tidak ketinggalan beritanya sehingga jubahku yang hitam tidak ketinggalan tren mode pada saat itu.


Aku telah terperdaya oleh kecintaan terhadap sesuatu yang baru. Aku mengikuti berbagai gaya dan cara berpakaian. Maka kadang-kadang aku meletakkan kerudung di atas pundakku agar aku dapat menampakkan perhiasanku dan sedikit leherku….


Cadarku, bahkan katakanlah cadar fitnah. Sesungguhnya aku mulai mengenakannya seiring dengan perkembangan mode dengan alasan aku tidak bisa melihat dari balik cadar. Maka kedua mataku aku perlihatkan bercelak dari sela-sela lubang cadarku, dan aku berjalan seraya mengikuti pandangan mata orang-orang yang ada di sekitarku.


Kelalaianku menjadikanku menyanyi senang ketika aku melihat mata wanita yang lewat dan orang-orang yang lemah memandang sekilas kepadaku dengan kagum dan menganggap asing!
Pada suatu hari aku pergi ke sebuah negara Barat. Aku tidak hanya memperindah jilbabku saja, akan tetapi aku mencampakkannya di atas kursi pesawat yang membawaku terbang berkelana!
Di negeri itu mataku terbelalak melihat seorang wanita berjilbab yang tidak tampak darinya sedikit pun. Baju luarnya panjang dan tebal. Kerudungnya panjang sekali. Aku mendekatinya, aku mendengar ia berbicara dengan logat bahasa asing!!


Aku kagum dan bertanya-tanya. Apakah dia seorang wanita Arab yang tinggal lama di Barat yang biasa bercakap-cakap dengan bahasa asing, sehingga memiliki kemampuan berbicara dengan bahasa asing secara mengagumkan ?!


Rasa ingin tahuku mendorongku untuk bertanya kepadanya, “Orang Arabkah anda?” “Bukan, aku adalah orang Kanada yang muslimah. Aku masuk Islam satu setengah tahun yang lalu, dan sejak itu aku adalah sebagaimana apa yang anda lihat. Aku mengenakan jilbabku. Aku berjalan, sementara kemulian dan kebanggaanku terhadap agamaku yang baru, keduanya berjalan mengiringiku….”, jawabnya.


Aku meletakkan tanganku di atas kepalaku. Aku mencari jilbabku! Aku tidak menemukannya! Aku teringat bahwa aku telah membuangnya di atas kursi pesawat!
Aku mengulang-ulang kalimat-kalimat yang panas antara aku dan diriku, “Ya Allah ….wahai Tuhanku…. apakah wanita yang bukan keturunan Arab, yang belum pernah mengenal dan belum pernah beriman kepada-Mu kecuali sejak satu setengah tahun yang lalu, sedangkan aku…
Kakekku seorang muslim, ayahku seorang muslim. Ibuku, saudaraku, bahkan kaumku semuanya adalah muslim!! Aku tumbuh dan dibesarkan di atas ketaatan kepada-Mu. Aku terdidik di dalam lingkungan yang penduduknya beriman kepada-Mu, lalu bagaimana aku bisa lepas dari jilbabku dengan semudah ini, sedangkan dia berpegang teguh kepadanya?!!”


Seindah-indah kalung yang pertama kali dan yang paling murni adalah kalung ibadah. Maka jilbab itu termasuk salah satu ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebuah ayat yang merasuk ke dalam hati. Pembicaraan itu ditujukan kepada para istri Rasul dan putri-putrinya, serta kepada anda,
“Hai Nabi, katakanhh kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka mengu-lurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka” (QS.Al-Ahzab:59)


Ibnu Abbas berkata, “Allah memerintahkan kepada wanita-wanita mukminah jika mereka keluar rumah untuk suatu keperluan, agar mereka menutupi wajah mereka dari atas kepala mereka dengan jilbab.”


Maka taatkala anda menjadikan jilbab secara syar’i itu di atas kepala anda dan anda mengulurkan kain penutup itu pada wajah anda sehingga tidak tampak dari diri anda sedikit pun, ketahuilah bahwa anda sedang berada di dalam ketaatan dan ibadah!
Hal itu akan semakin bertambah tatkala anda lebih banyak berpegang kepadanya, tetapi itu akan berkurang tatkala anda berlaku teledor dan lalai.



Disalin dengan sedikit perubahan dari : Saudariku, Kapan Kembali ke Jalan Tuhanmu?, Ummu Abdillah, Pustaka elba 2008

No comments:

Post a Comment